Live
Saya bersyukur, saya diberi kesempatan ini, mendapat pengalaman sebagai siswa pertukaran pelajar. Bukannya karena saya sudah bisa pergi ke Amerika Serikat, yang katanya negeri serba-segala itu. Bukan juga karena saya bisa mengalahkan ribuan peserta lain. Bukan juga karena saya bisa punya banyak teman bule, cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Bukan, bukan semua itu.
Tapi karena pengalaman ini, menambah satu lagi kelebihan saya.
Saya sekarang benar-benar hidup.
Live my life.
Mungkin terdengar klise, tapi percaya atau tidak, walaupun kita selama ini berpikir kita menikmati hidup, mungkin kita belum benar-benar meng’hidup’i hidup kita. Belum benar-benar hidup, as we supposed to.
Di masa-masa awal SD, saya merasa kalah, tak mendapat peringkat 1 di kelas. Saya bangun, saya melawan, dan saya menang.
Di masa SMP, saya merasa belum puas atas diri saya. Saya bangkit, saya mencoba, saya berhasil, saya kembali menang. Saya berjaya, malahan.
Di masa SMA, saya melihat kesempatan untuk lebih maju. Saya raih semua kesempatan itu, saya buka semua pintu yang ada. Saya masuki semua ruang yang tersisa untuk saya.
Tak mulus jalan saya kali ini, saya terpaksa harus menerima sedikit kekalahan.
Di sini saya mulai belajar. Bahwa gagal itu pedih. Bahwa kemenangan mereka itu mengesalkan.
Lalu di sinilah saya.
Amerika Serikat, negeri serba-segala. Segala apapun jua ada di sini. Segala kesempatan yang ada tersedia di sini.
Tapi saya kalah. Bahkan sebelum menang.
Saya hanya berpura-pura menang, saya tak pernah benar-benar menang.
I am nothing.
Tapi di sini saya belajar.
Bahwa hidup adalah hidup. Hidup bukan untuk dikontrol, hidup adalah untuk dijalani. Terdengar simple, tapi sangat rumit.
Saya berhenti mencoba mengontrol hidup saya. Saya berhenti berusaha keras menjadi yang terbaik. Saya berhenti berusaha keras menjadi dia yang bisa ini dan dia yang bisa itu. Saya berhenti mencoba membuat orang-orang di sekitar saya menyukai saya. Saya berhenti berusaha keras membuat orang-orang di sekitar saya bahagia.
Saya berhenti berusaha bergerak. Saya berhenti berlari dalam hidup ini.
Saya duduk, berbaring.
Saya melihat, saya mendengar,
Saya merasakan.
Saya merasakan perasaan ‘terbaik’ itu. Saya merasakan apa yang bisa saya lakukan. Saya merasakan kasih dari orang-orang di sekitar saya. Saya merasakan kebahagiaan orang-orang di sekitar saya. Saya berhenti. Saya berhenti berlari.
Saya mengambil nafas.
Saya berhenti dari struggle.
Saya menjalani hari dengan senyum. Saya menyapa semua orang dengan ramah. Saya membayar biaya-biaya. Saya mengakui kesalahan-kesalahan saya. Saya mengungkapan kegundahan saya. Saya bilang, saya ‘iri’. Saya bilang, saya tidak ingin berpacaran. Saya minta maaf. Saya berlari mengejar bola. Saya mencoba hal-hal baru. Saya bilang “I’ll just do it.” Saya makan. Saya minum. Saya tidur. Saya tak berpikir. Saya menjalani apa yang harus dijalani. Saya mengatur jadwal. Saya memilih. Saya menghapus penyesalan. Saya berjalan. Saya serius. Saya tak banyak bicara. Saya tak peduli. Saya rindu rumah. Saya tak ingin pulang. Saya berkata jujur. Saya menulis notes. Saya spontan. Saya kehabisan kata-kata.
Live is not to be controlled by you. Stop controlling your life to be perfect. Instead, feel it. Feel the love from surround you. Feel that greatness, feel that happiness. Do what you do. Don't stop it. Don't be afraid.
Live your life.
Live it your way.
Face it, deal with it, get over it.
Live.
Tapi karena pengalaman ini, menambah satu lagi kelebihan saya.
Saya sekarang benar-benar hidup.
Live my life.
Mungkin terdengar klise, tapi percaya atau tidak, walaupun kita selama ini berpikir kita menikmati hidup, mungkin kita belum benar-benar meng’hidup’i hidup kita. Belum benar-benar hidup, as we supposed to.
Di masa-masa awal SD, saya merasa kalah, tak mendapat peringkat 1 di kelas. Saya bangun, saya melawan, dan saya menang.
Di masa SMP, saya merasa belum puas atas diri saya. Saya bangkit, saya mencoba, saya berhasil, saya kembali menang. Saya berjaya, malahan.
Di masa SMA, saya melihat kesempatan untuk lebih maju. Saya raih semua kesempatan itu, saya buka semua pintu yang ada. Saya masuki semua ruang yang tersisa untuk saya.
Tak mulus jalan saya kali ini, saya terpaksa harus menerima sedikit kekalahan.
Di sini saya mulai belajar. Bahwa gagal itu pedih. Bahwa kemenangan mereka itu mengesalkan.
Lalu di sinilah saya.
Amerika Serikat, negeri serba-segala. Segala apapun jua ada di sini. Segala kesempatan yang ada tersedia di sini.
Tapi saya kalah. Bahkan sebelum menang.
Saya hanya berpura-pura menang, saya tak pernah benar-benar menang.
I am nothing.
Tapi di sini saya belajar.
Bahwa hidup adalah hidup. Hidup bukan untuk dikontrol, hidup adalah untuk dijalani. Terdengar simple, tapi sangat rumit.
Saya berhenti mencoba mengontrol hidup saya. Saya berhenti berusaha keras menjadi yang terbaik. Saya berhenti berusaha keras menjadi dia yang bisa ini dan dia yang bisa itu. Saya berhenti mencoba membuat orang-orang di sekitar saya menyukai saya. Saya berhenti berusaha keras membuat orang-orang di sekitar saya bahagia.
Saya berhenti berusaha bergerak. Saya berhenti berlari dalam hidup ini.
Saya duduk, berbaring.
Saya melihat, saya mendengar,
Saya merasakan.
Saya merasakan perasaan ‘terbaik’ itu. Saya merasakan apa yang bisa saya lakukan. Saya merasakan kasih dari orang-orang di sekitar saya. Saya merasakan kebahagiaan orang-orang di sekitar saya. Saya berhenti. Saya berhenti berlari.
Saya mengambil nafas.
Saya berhenti dari struggle.
Saya menjalani hari dengan senyum. Saya menyapa semua orang dengan ramah. Saya membayar biaya-biaya. Saya mengakui kesalahan-kesalahan saya. Saya mengungkapan kegundahan saya. Saya bilang, saya ‘iri’. Saya bilang, saya tidak ingin berpacaran. Saya minta maaf. Saya berlari mengejar bola. Saya mencoba hal-hal baru. Saya bilang “I’ll just do it.” Saya makan. Saya minum. Saya tidur. Saya tak berpikir. Saya menjalani apa yang harus dijalani. Saya mengatur jadwal. Saya memilih. Saya menghapus penyesalan. Saya berjalan. Saya serius. Saya tak banyak bicara. Saya tak peduli. Saya rindu rumah. Saya tak ingin pulang. Saya berkata jujur. Saya menulis notes. Saya spontan. Saya kehabisan kata-kata.
Live is not to be controlled by you. Stop controlling your life to be perfect. Instead, feel it. Feel the love from surround you. Feel that greatness, feel that happiness. Do what you do. Don't stop it. Don't be afraid.
Live your life.
Live it your way.
Face it, deal with it, get over it.
Live.
0 Response to "Live"
Posting Komentar